Semburat Nurani Mencuat
oleh M Tri Atmojo pada 20 Juni 2012 pukul 3:26 ·
Teralienasi,
ya itulah yang aku alami sekarang ini, teralienasi dari kotak
komunikasi ku yang lama. Kotak komunikasi yang di mana tidak ku beri
jarak lagi, kotak komunikasi di mana sudah ku beri rasa sayang lebih,
tapi kenyataannya masih sama, aku tetap mengalami masa ini. Tiga hari
yang lalu, aku masih agak berat menikmati kotak komunikasi ku yang baru,
tempat di mana aku masih dalam keadaan benar-benar baru. Tetapi kemarin
aku mulai merasa nyaman. Perasaan yang aku dapatkan ketika aku sadar
ternyata kotak komunikasi yang lama, yang sudah aku tinggi kan, memberi
ku hal yang tidak pernah ku duga.
Kemarin malam, indikasi itu mulai terlihat jelas. Aku memberi rasa lebih. Ya, aku beri itu, perasaan itu tumbuh bersama dalam kebersamaan, dalam ketidaksadaran ku, sebuah perasaan yang tak bisa ku hindari, perasaan yang tumbuh akibat ke intim an dan keterbukaan ku kepada mereka, dan perasaan yang di balas dengan hal yang sangat menyakitkan.Tetapi tinggallah sesal sekarang, dan tak ada yang perlu diperbaiki lagi, tak ada yang perlu dijelaskan lagi, itu sudah cukup jelas buat ku.
Jelas dan sangatlah jelas bung. Dari kemarin malam, sudah tak ada yang sms yang seperti biasa untuk berkumpul, dan aku yang sms duluan, bukan masalah besar sebenarnya, tapi dari sini sudah terlihat kalau mereka mulai tak peduli lagi. Setelah berkumpul, seakan tak ada respon dengan ku lagi.Ya, aku terima saat itu sebagai hal wajar. Kemudian kemarin, ku memergoki mereka berdua di kantin, aku sapa duluan, dalam membalas dalam rasa yang tak acuh dan dingin, dan sangatlah dingin melebihi es teh yang aku pesan siang itu. Setelah selesai makan mereka pergi berdua dengan pamitan yang dingin, mereka pamit karena aku menoleh duluan, dan mungkin tak akan pamit kalau aku tak menoleh.
Setelah itu, salah satu dari mereka sms aku di sore hari, dan sms itu sangatlah ringan, tentang obrolan yang renyah yang aku pikir mereka tak mengalienasikan diriku, tapi itu sampah, ketika malamnya dia sms aku lagi, dan dalam obrolan itu dia menghentikan obrolan dengan cara yang kasar dan penuh ke tak acuhan. Dan malam itu tak ada yang mengumpul seperti biasa, dan semua itu sudah cukup membuktikan kesampahan ku di mata kalian.
Teralienasi, apakah itu hal yang harus terus aku alami dalam sebuah proses. Ya, dalam salah satu konsep berpikir ku tentang hubungan antar manusia pasti ada masalah, tetapi setahu ku pergesekan itu tak seperti ini. Tak ku pahami. Mereka dengan sangat gambalang melakukan ini, walaupun aku masih skeptis kalau mereka sadar dengan hal ini, tapi pahamilah aku peka dengan hal ini.
Ada amarah tetapi, ya sudahlah. Aku tak mau menyimpan api ini, dan akan ku padamkan saja. dan dengan tulisan inilah aku memadamkannya. Sekarang, aku mulai menikmati kotak komunikasi ku yang lain, yakni kotak komunikasi yang baru, yang tiga hari yang lalu masih ku anggap sedikit berat, tapi sekarang sangatlah ringan. Aku berpikir, mungkin keringanan ini aku dapatkan setelah aku merasa benar-benar menjadi sampah di kotak ku yang lama. Dalam sepintas penglihatan, ini bentuk pelarian, ya tak apa, bila memang itu pandangannya, aku tak peduli, dan sangatlah tak peduli. Aku mnikmati aku sekarang, aku menikmati dengan segala olok-olok rekatan rasa sayang, olok-olokan yang terkadang membuat ku risih, tetapi itu sangatlah nikmat, dengan rasa lelah merangkai proses, dan sangat melelahkan dan aku nikmati itu.
Sekarang aku memang menjadi sampah di mata kotak lama ku, tapi aku hanya ingin membuktikan, bahwa aku manusia. Aku punya rasa, dan aku juga peka. Segala hal kecil aku perhatikan, tetapi apa balasannya, keterasingan. Ya baiklah. Aku terima semua dengan lapang. Aku hanya ingin merasa hidup ini berwarna cerah, bukan abu-abu. Terima kasih akan sikap kalian. Ini pelajaran baik untuk ku, dan aku tak tahu apakah kalian sadar, dan aku tak tahu apakah kalian pernah merasa seperti ku. Ku harap cukuplah aku yang merasa. Dan rasa pahit itu kan ku buang dalam tulisan ini. Semoga kalian bahagia dengan hal ini, semoga kalian sadar kalau aku menerimanya. Aku ingin lebih berasa. Dan TERIMA KASIH AKAN PERLAKUAN KALIAN DENGAN KU!!!!
Surakarta, 20 Juni 2012, 02.38 WIB
Kemarin malam, indikasi itu mulai terlihat jelas. Aku memberi rasa lebih. Ya, aku beri itu, perasaan itu tumbuh bersama dalam kebersamaan, dalam ketidaksadaran ku, sebuah perasaan yang tak bisa ku hindari, perasaan yang tumbuh akibat ke intim an dan keterbukaan ku kepada mereka, dan perasaan yang di balas dengan hal yang sangat menyakitkan.Tetapi tinggallah sesal sekarang, dan tak ada yang perlu diperbaiki lagi, tak ada yang perlu dijelaskan lagi, itu sudah cukup jelas buat ku.
Jelas dan sangatlah jelas bung. Dari kemarin malam, sudah tak ada yang sms yang seperti biasa untuk berkumpul, dan aku yang sms duluan, bukan masalah besar sebenarnya, tapi dari sini sudah terlihat kalau mereka mulai tak peduli lagi. Setelah berkumpul, seakan tak ada respon dengan ku lagi.Ya, aku terima saat itu sebagai hal wajar. Kemudian kemarin, ku memergoki mereka berdua di kantin, aku sapa duluan, dalam membalas dalam rasa yang tak acuh dan dingin, dan sangatlah dingin melebihi es teh yang aku pesan siang itu. Setelah selesai makan mereka pergi berdua dengan pamitan yang dingin, mereka pamit karena aku menoleh duluan, dan mungkin tak akan pamit kalau aku tak menoleh.
Setelah itu, salah satu dari mereka sms aku di sore hari, dan sms itu sangatlah ringan, tentang obrolan yang renyah yang aku pikir mereka tak mengalienasikan diriku, tapi itu sampah, ketika malamnya dia sms aku lagi, dan dalam obrolan itu dia menghentikan obrolan dengan cara yang kasar dan penuh ke tak acuhan. Dan malam itu tak ada yang mengumpul seperti biasa, dan semua itu sudah cukup membuktikan kesampahan ku di mata kalian.
Teralienasi, apakah itu hal yang harus terus aku alami dalam sebuah proses. Ya, dalam salah satu konsep berpikir ku tentang hubungan antar manusia pasti ada masalah, tetapi setahu ku pergesekan itu tak seperti ini. Tak ku pahami. Mereka dengan sangat gambalang melakukan ini, walaupun aku masih skeptis kalau mereka sadar dengan hal ini, tapi pahamilah aku peka dengan hal ini.
Ada amarah tetapi, ya sudahlah. Aku tak mau menyimpan api ini, dan akan ku padamkan saja. dan dengan tulisan inilah aku memadamkannya. Sekarang, aku mulai menikmati kotak komunikasi ku yang lain, yakni kotak komunikasi yang baru, yang tiga hari yang lalu masih ku anggap sedikit berat, tapi sekarang sangatlah ringan. Aku berpikir, mungkin keringanan ini aku dapatkan setelah aku merasa benar-benar menjadi sampah di kotak ku yang lama. Dalam sepintas penglihatan, ini bentuk pelarian, ya tak apa, bila memang itu pandangannya, aku tak peduli, dan sangatlah tak peduli. Aku mnikmati aku sekarang, aku menikmati dengan segala olok-olok rekatan rasa sayang, olok-olokan yang terkadang membuat ku risih, tetapi itu sangatlah nikmat, dengan rasa lelah merangkai proses, dan sangat melelahkan dan aku nikmati itu.
Sekarang aku memang menjadi sampah di mata kotak lama ku, tapi aku hanya ingin membuktikan, bahwa aku manusia. Aku punya rasa, dan aku juga peka. Segala hal kecil aku perhatikan, tetapi apa balasannya, keterasingan. Ya baiklah. Aku terima semua dengan lapang. Aku hanya ingin merasa hidup ini berwarna cerah, bukan abu-abu. Terima kasih akan sikap kalian. Ini pelajaran baik untuk ku, dan aku tak tahu apakah kalian sadar, dan aku tak tahu apakah kalian pernah merasa seperti ku. Ku harap cukuplah aku yang merasa. Dan rasa pahit itu kan ku buang dalam tulisan ini. Semoga kalian bahagia dengan hal ini, semoga kalian sadar kalau aku menerimanya. Aku ingin lebih berasa. Dan TERIMA KASIH AKAN PERLAKUAN KALIAN DENGAN KU!!!!
Surakarta, 20 Juni 2012, 02.38 WIB
Komentar
Posting Komentar