Langsung ke konten utama

Postingan

Dari Kali Pagi Ini

Dia kembali, kembali Datang pada batas malam dan pagi. Terasa seperti daun yang jatuh dan mati. Hei!! Berhenti janganlah kembali! Kau itu masa lalu, sisa-sisa buangan waktu. Tolong jangan kembali, kalau kau kembali, pasti aku jadi mumi. Menjadi orang yang tak mau mengerti arti, terasa seperti rumput yang kau injaki. Aku lalai, Kau kembali Aku sendiri sepi. Tak mengerti Jumat, 08 Maret 2013.
Postingan terbaru

Gila! Kenapa Belok Juga

"Kenapa jalannya belok terus sih?" "lha gimana lagi, memang mau nabrak!!" "Matamu, sudah jelas jalannya lurus bisa, kamunya saja yang gak mau usaha." "Kenapa nyalahin aku, kenapa kamu juga ngak mikir!!!" Malam sudah melarutkan kopi dengan garang. Mengalunkan keindahan nada alam dengan tenang. Masih bermainkah dengan dengan logika disaat genting seperti ini. Apa kamu juga akan ikhlas liat rumahmu terbakar? Sumpah, kamu mikir sekali lagi bisa ngak. Gila, stres semuanya. Kemarin malam jalannya sudah di tutup. Kebun belakang rumahnya ramai oleh semburat api. Tumben Pak Lurah hanya diam dan merenung di bawah pohon melinjo itu. Padahal biasanya Dia yang paling sibuk kalau ada masalah. Tapi Dia Diam. Sesekali senyumnya melengking sinis. Senyum bibirnya mengayun berat. Seberat pikiran yang menindih kepalanya yang selalu trjerat pukat. "Ada selendang bermain di leherku, tinggal ku ikat di batang pohon ini. Semuanya selesai."

Kotor = Bersih Dalam Lingkaran

Di suatu pagi yang cerah, di teras rumah ada dua sahabat lama yang baru bertemu. Setelah dua tahun mereka terpisah jarak karena tuntutan studi. Edan: Gimana Kok? (kemudian menyeruput kopinya dengan tenang) Pekok: apanya? Edan: Permainanmu, sudah bersihkan? Pekok: Halah, tambah parah!! Edan: Parah gimana? Pekok: Kotor semua Dan! (jawaban yang ketus dengan sepulan asap rokok) Edan: Kok, ini kan hal kotor, kenapa kamu bermainnya juga masih kotor? Pekok: Barusan kemarin ini, permainan ini berakhir kotor lagi, dan sudah dua kali ini aku gagal Dan. (Nada bicaranya melemah, keaadan pasrah) Edan: Paling tidak Hal kotor ini dapat kamu tutup dengan permainan yang bersih kok. ibaratnya gini, Kotor + Kotor= 2 kotor, tapi kalau Kotor + Bersih = 0 Pekok: hah?! jadi kamu pikir "nol" itu titik pensucian? (Pekok semakin geram dengan teorinya edan) Edan: Dalam hal kotor ini, mungkin seperti itulah yang terjadi. Pekok: Konsep logikamu tak jelas, kayaknya aku mau keluar saja

Cercah Cahaya

Setelah sekian lama lamunanku, pertanyaanku, dan banyak pergulatan pikiran. setidaknya aku paham. Aku dalam posisi "nol" besar. Aku belum paham secara dalam, dasar, dan sadar, ini awal benar atau pengantar menuju begundal. Katanya ada dua jawaban, pertama, mejadi mutiara, kedua, menjadi bangkai duka. Ini jawaban atau pernyataan. Semoga perjalanan ini benar berada di titik "nol" walaupun masih heran. Bisa saja ini aku anggap jawaban, dan memulai banyak dari sini. tetapi bila ini pernyataan, aku harus memulainya dari mana.ah, benar-benar selalu memutar. Bingung. Ya, diksi dengan makna yang dalam dari "bingung" selalu berdengung dan bersenandung. Kalau berpikir tentang posisi, setidaknya ada pergulatan yang mungkin benar, ini di titik "nol". Ambil nafas panjang, simpan di perut, dan hembuskan perlahan. Sadar!!!

Ketika Bermain Kacamata

Ajang keangkuhan. Masa yang masih terlalu usang. Kenapa semua ingin masuk dalam kuasa dua mata. Selalu merasa mampu dan bisa. Terkadang dalam diam dan bisa. Dalam gerak dan bisa. Dalam gerak tanpa asa, dan tak bisa. Ketika diakhiri dengan ketidak pedulian. Yang ada hanya arena keangkuhan. Onggokan daging tanpa makna. Sampah duka. Ketika simpulan dari satu pemikiran terkadang bisa membunuh tanpa arah. Ketika dua pemikiran mampu mengarahkan ke titik lebih terang dan tiga pemikiran mampu memecah keadaan. Tiga, sepertinya jawaban terbaik. Kesimpulan yang sudah bisa mengajak kita turun dan rasa mulai bermain di sana. Terkadang aku masih bingung. Masih ada yang mampu menegakkan keadaan dengan kekuatan yang ia yakini. Kesalahan, itu hal biasa bagiku. Karena itulah yang menunjukkan kemanusiaannya. Tetapi apakah keadaan sekarang masih bisa bermain dengan keadaan itu. Ikan yang berenang dari muara menuju mata air. Adalah salah seorang saat ini yang aku ketahui mampu membahasak

Semburat Nurani Mencuat

Sunting Semburat Nurani Mencuat oleh M Tri Atmojo pada 20 Juni 2012 pukul 3:26 · Teralienasi, ya itulah yang aku alami sekarang ini, teralienasi dari kotak komunikasi ku yang lama. Kotak komunikasi yang di mana tidak ku beri jarak lagi, kotak komunikasi di mana sudah ku beri rasa sayang lebih, tapi kenyataannya masih sama, aku tetap mengalami masa ini. Tiga hari yang lalu, aku masih agak berat menikmati kotak komunikasi ku yang baru, tempat di mana aku masih dalam keadaan benar-benar baru. Tetapi kemarin aku mulai merasa nyaman. Perasaan yang aku dapatkan ketika aku sadar ternyata kotak komunikasi yang lama, yang sudah aku tinggi kan, memberi ku hal yang tidak pernah ku duga. Kemarin malam, indikasi itu mulai terlihat jelas. Aku memberi rasa lebih. Ya, aku beri itu, perasaan itu  tumbuh bersama dalam kebersamaan, dalam ketidaksadaran ku, sebuah perasaan yang tak bisa ku hindari, perasaan yang tumbuh akibat ke intim an dan keterbukaan ku kepada mereka, d