Langsung ke konten utama

Leter H


Hari ini aku kuliah seperti biasanya, hari senin ada jadwal yang acak dan mulai jam kuliah jam setengah delapan pagi. Kuliah pagi di hari senin, ah malas untuk hari ini. Apa lagi tadi malam sehabis latian olah vokal kemudian kongko bersama teman-teman sampai malam. Kemudian kembali ke kontrakan teman, dilanjutkan diskusi kecil dengan teman sejawat. Kemudian habiskan malam dan menggerus sedikit pagi sampai jam empat pagi dengan nonton film biru. Ah, kuliah pagi, pasti malas. Eh, nyatanya sampai kampus kosong. Sampah!
Akhirnya hanya nongkrong di parkiran. Dan ngobrol dengan penjaga parkir serta bermain humor kasar atau saru, hahahaha. Bahagia. Sambil bercanda, aku mencabuti uban pak parkir yang mungkin masih menolak tua, hahaha. Aneh. Masih merajuk dengan keputusan dosen yang sepihak entah atas nama apapun dia tak datang. Akhirnya aku ke kontarakan temanku, berharap bisa membebaskan rasa kantuk. Eh, dalam perjalanan kurang lebih lima belas menit otakku mengajak berpikir.
Hal yang masih aku bingunkan kalau masih aku pikirkan, tetapi akan berbeda kalau aku rasakan. Hahaha. Aneh. Ini masalah nurani dan perasaan. Begini, aku sedari SMA melakukan apa yang aku senangi, tapi masih dalam batas wajar (pandanganku). Mulai aku senang dengan hal-hal aneh. Aku suka botol plastik minuman mineral, kemudian aku ambil dan saya masukan tas. Kaleng minoman karbonasi, aku juga suka. Ya berakhir di tas hijau bekas tentara yang kecil dan selalu menemaniku menikmati hari di tanah kedua aku berproses hidup. Tentang sering keluar malam dan pulang pagi, kemudian langsung kuliah. Sepatuku sobek-sobek, helm cakil, kacamata bulat dengan bingkai logam, gaya vintage. Pulang sekolah langsung main, tak peduli panas ataupun hujan. Dari baju kehujanan, basah sampai kering di atas motor itu sering aku rasakan. Dan jelas tanpa mantel.
Mulai dari keluarga (kakak ke-2) yang tidak suka ulahku. Sampai berimbas pada tetanggaku. Aku tetap masih merasa nyaman hidup begini. Bahagia, parah aneh. Mungkin seperti itu. Hahahaha, sampah. Pikiranku melayang lagi dengan teman dekatku yang lgi suka dengan tato. Hehehe, dengan berbagai alasan tentang tato pasti selalu ada juga hal untuk dibantah. Tapi aku malas mengejar debat pemikiran itu. Entah dalam konsepsi “menikmati hari” atau apa. Malas.
Sekarang adalah kota tanah ketiga aku berproses hidup. Mungkin aku masih dalam konsepsi “menikmati hari”. Tapi saat ini mungkin pemikiranku sudah pecah dan mulai aku pahami tentang tuntutan hidup dan tentang kotak komunikasi. Jadi, jadilah pemahaman baru dalam hidupku. Aku lihat, aku di masa lalu di saat ini. Di segerombolan orang yang mungkin sekarang ini masih menikmati hidup menggunakan caraku dahulu. Bebas.
Tentang nurani dan perasaan. Dua hal yang absurd. Tetapi benar-benar hal yang sangat sulit dibedakan. Entang tentang absurdnya sampai memang hal ini memiliki perbedaan yang sangat tipis. Logika, hehe, menurutku ini tak akan mampu menembus lebih dalam tentang makna perasaan dan nurani itu. Ada teman membimbingku kalau perasaan itu masih bergumul dengan emosi, sedangkan nurani non emosi. Bagiku nurani itu bening, suci, cerah dan pengarah. Aku malas juga untuk membedakannya, tapi ada hal yang mungkin masih bisa aku nikamati. Rasakan. Ya, kata itu yang mungkin sering aku lakukan. Mulai dari hal-hal aneh, sampai hal-hal yang tidak aneh. Yang jelas yang sering aku lakukan apa yang aku rasa memang nyaman. Meskipun tak aku pungkiri, kalau memang aku  mengesampingkan keadaan sosialku. Tak peduli.
Maaf, bukan masalah vertikal seperti itu tak aku pikirkan. Pertama, dalam sejarahku dulu, lingkunganku adalah kota besar, yang saat ini memang berdasar ketakpedulian yang pekat. Nah, orang aku berusaha mendekati lingkungan itu tetapi mereka menjauh, jadi jangan salahkan kalau aku akhirnya malas pula mendekati. Aneh. Tentang perasaan, mungkin itu mengarah kepada apa yang aku lakukan masih berdasar atas obsesi. Hehehe, yang mungkin juga ya. Kedua, memang aku pemalas untuk memikirkan atau memperdulikan orang yang memang sudah jelas mengalienasikan aku, hahaha. Parah.
Kalau Nabi Musa bertemu bertemu dengan Nabi Hidir karena kesombongannya. Sampai saat Bima bertemu dengan Dewa Ruci karena patuh dengan gurunya. Mereka berproses dalam suatu hal yang luar biasa. Sedang proses mencari makna dan arti itu adalah hidup. Sekarang tegas saja. Kita mampu menemukan banyak sekali makna tiap kata dalam setiap segi kehidupan. Contohnya gini, kita sekolah dari SD-SMA. Banyak sekali bab yang judulnya cuma satu kata. Seperti dalam pelajaran PPKN, tentang Kesadaran. Di situ memahami makna harfiah dan tersiratnya. Dalam biologi memahami tentang bakteri. Dan banyak sekali yang kita pahami tentang bakteri itu. ya seperti itulah pemahaman itu.
Intinya tetap dalam konsepsi Menikmati Hari. Dan masalah hidup, terlalu banyak kejutan dari Sang Maha Sutradara yang menunjukan banyak sekali adegan yang selalu menunjukan semakin hebatnya dia yang memang Maha Surprise. Hahahaha. Mancingnya mancing. Oh iya, satu lagi kombinasi makna yang aku temukan. Jangan main-main kecuali dengan mainan. Hahaha.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS FEMINISME NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH Pada hakitanya sebuah karya sastra adalah replika kehidupan nyata. Walaupun berbentuk fiksi, misalnya cerpen, novel, dan drama, persoalan yang disodorkan oleh pengarang tak terlepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Hanya saja dalam penyampaiannya, pengarang sering mengemasnya dengan gaya yang berbeda-beda dan syarat pesan moral bagi kehidupan manusia. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Meskipun demikian, karya sastra yang diciptakan pengarang kadang-kadang mengandung subjektivitas yang tinggi. Imajinasi yang tertuang dalam karya sastra, meski dibalut dalam semangat kreativitas, tidak luput dari selera dan kecenderungan subjektif, aspirasi, dan opini personal ketika merespons objek di luar dirinya, serta muatan-muatan khas individualistik yang melekat pada diri penulisnya sehingga ekspresi karya bekerja atas dasa

Membangun Moralitas Mahasiswa sebagai Calon Guru yang Berkarakter Kuat dan Cerdas

BAB I PENDAHULUAN A.             Latar Belakang Setelah Hirosima dan Nagasaki hancur ketika dikirimi paket bom atom oleh Amerika Serikat pada tahun 1942, pertanyaan pertama yang mengusik kegundahan Kaisar Hirohito (Kaisar Jepang pada waktu itu) adalah masih berapa banyak guru dan tenaga kesehatan yang masih selamat dari pemboman tersebut? Peristiwa tersebut setidaknya membawa pesan univesal betapa pentingnya guru dan tenaga kesehatan bagi suatu bangsa, sehingga dalam peristiwa katastropis, perhatian pertama seorang pemimpin bangsa adalah tentang nasib para guru dari bangsa tersebut. Bangsa Indonesia berada pada titik nadir akan kehilangan jati dirinya, peradaban bangsa yang luhur telah hilang entah kemana. Siapa yang bertanggung jawab atas kemrosotan ini? Bangsa yang dulu dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban yag tinggi dan sekarang hilang entah kemana. Bahkan sekarang tergantikan dengan bangsa yang terkenal dengan budaya korupsinya, bangsa yang tidak memiliki kepr

PERKEMBANGAN BAHASA DAN MASA DEPAN BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hampir semua bidang ilmu yang ada termasuk ilmu bahasa (linguistik) mengikuti perkembangan mengikuti waktu yang terus berjalan tanpa henti. Hanya saja ada bidang ilmu tertentu yang perkembangannya sangat pesat, seperti teknologi elektronika dan komputer, dan ada juga bidang ilmu lain yang perkembangannya lebih lambat. Ilmu bahasa termasuk salah satu cabang ilmu humaniora   yang perkembangannya agak lambat. Perkembangan ilmu bahasa ini memberikan manfaat sekaligus tantangan bagi para pengajar bahasa dan para mahasiswa bahasa.Bagi para pengajar bahasa, perkembangan ilmu bahasa memberikan wawasan yang semakin luas tentang teori, aspek dan hakikat bahasa. Dengan demikian, semakin dalamnya pemahaman para pengajar bahasa tentang bermacam-macam teori ilmu bahasa, semakin terbuka wawasan dan pengertiannya tentang aspek dan hakikat bahasa termasuk proses pemerolehan bahasa, pembelajaran bahasa, dan bagaimana cara pengajaran bahasa yang rel