Di suatu pagi yang cerah, di
teras rumah ada dua sahabat lama yang baru bertemu. Setelah dua tahun
mereka terpisah jarak karena tuntutan studi.
Edan: Gimana Kok? (kemudian menyeruput kopinya dengan tenang)
Pekok: apanya?
Edan: Permainanmu, sudah bersihkan?
Pekok: Halah, tambah parah!!
Edan: Parah gimana?
Pekok: Kotor semua Dan! (jawaban yang ketus dengan sepulan asap rokok)
Edan: Kok, ini kan hal kotor, kenapa kamu bermainnya juga masih kotor?
Pekok: Barusan kemarin ini, permainan ini berakhir kotor lagi, dan sudah dua kali ini aku gagal Dan. (Nada bicaranya melemah, keaadan pasrah)
Edan: Paling tidak Hal kotor ini dapat kamu tutup dengan permainan yang bersih kok. ibaratnya gini, Kotor + Kotor= 2 kotor, tapi kalau Kotor + Bersih = 0
Pekok: hah?! jadi kamu pikir "nol" itu titik pensucian? (Pekok semakin geram dengan teorinya edan)
Edan: Dalam hal kotor ini, mungkin seperti itulah yang terjadi.
Pekok: Konsep logikamu tak jelas, kayaknya aku mau keluar saja dari permainan ini. (nadanya melemah pasrah)
Edan: Halah sekarang kamu yang menjilat prinsipmu sendiri.
Pekok: Prinsip yang mana?
Edan: Kamu sih terlalu banyak prinsip, yang "Jangan pernah main-main kecuali dengan mainan!"
Pekok: oh, itu biarlah, dari pada aku semakin tertekan.Edan: Teman, Terkadang memang memainkan permainan kotor ini bukan hanya naluri, tapi juga panggilan hati.
Pekok: Indah juga khotbahmu pagi ini.
Edan: hahaha, sini memaaang, ya kamu taulah aku seperti apa?
Pekok: iya-iya
Edan: Yaudah gak usah maksain diri, sekarang keluar saja, dan cari tuh yang lama atau baru. oh iya, jangan lupa, kalau mengalami hal ini lain waktu, ingat jangan yang ketiga kalinya.
Pekok: iya Dan, makasih ya. Kamu memang sahabat lamaku yang tak pernah luntur.
Edan: Kamu pikr aku celana naptolan yang di cuci luntur
Pekok: hahaha, kiasan teman...
Edan:... Iya-iya, dah minum dulu kopinya. (obrolan ditutup dengan sruputan kopi arabika yang sudah dari tadi mengepulkan asap kesunyian)
Edan: Gimana Kok? (kemudian menyeruput kopinya dengan tenang)
Pekok: apanya?
Edan: Permainanmu, sudah bersihkan?
Pekok: Halah, tambah parah!!
Edan: Parah gimana?
Pekok: Kotor semua Dan! (jawaban yang ketus dengan sepulan asap rokok)
Edan: Kok, ini kan hal kotor, kenapa kamu bermainnya juga masih kotor?
Pekok: Barusan kemarin ini, permainan ini berakhir kotor lagi, dan sudah dua kali ini aku gagal Dan. (Nada bicaranya melemah, keaadan pasrah)
Edan: Paling tidak Hal kotor ini dapat kamu tutup dengan permainan yang bersih kok. ibaratnya gini, Kotor + Kotor= 2 kotor, tapi kalau Kotor + Bersih = 0
Pekok: hah?! jadi kamu pikir "nol" itu titik pensucian? (Pekok semakin geram dengan teorinya edan)
Edan: Dalam hal kotor ini, mungkin seperti itulah yang terjadi.
Pekok: Konsep logikamu tak jelas, kayaknya aku mau keluar saja dari permainan ini. (nadanya melemah pasrah)
Edan: Halah sekarang kamu yang menjilat prinsipmu sendiri.
Pekok: Prinsip yang mana?
Edan: Kamu sih terlalu banyak prinsip, yang "Jangan pernah main-main kecuali dengan mainan!"
Pekok: oh, itu biarlah, dari pada aku semakin tertekan.Edan: Teman, Terkadang memang memainkan permainan kotor ini bukan hanya naluri, tapi juga panggilan hati.
Pekok: Indah juga khotbahmu pagi ini.
Edan: hahaha, sini memaaang, ya kamu taulah aku seperti apa?
Pekok: iya-iya
Edan: Yaudah gak usah maksain diri, sekarang keluar saja, dan cari tuh yang lama atau baru. oh iya, jangan lupa, kalau mengalami hal ini lain waktu, ingat jangan yang ketiga kalinya.
Pekok: iya Dan, makasih ya. Kamu memang sahabat lamaku yang tak pernah luntur.
Edan: Kamu pikr aku celana naptolan yang di cuci luntur
Pekok: hahaha, kiasan teman...
Edan:... Iya-iya, dah minum dulu kopinya. (obrolan ditutup dengan sruputan kopi arabika yang sudah dari tadi mengepulkan asap kesunyian)
Komentar
Posting Komentar